Oleh: Jhoni Imron
Saya selalu tertarik mengamati gaya kepemimpinan dan bagaimana pendekatan seorang kepala daerah kepada masyarakat yang dipimpinnya. Apalagi jika sang Kepala Daerah adalah tokoh yang mendobrak kelaziman. Tokoh yang berhasil menumbangkan dinasti kekuasaan sebelumnya, misalnya.
Mengapa Kepala Daerah, kenapa tidak pemimpin dalam bidang lain? Atau kenapa tidak kepemimpinan pusat saja yang mestinya serius diamati?
Saya punya alasan khusus terkait ini, tapi kita fokus saja ke tema awal: Bagaimana gaya kepemimpinan seorang Kepala Daerah, yang paling dekat dengan kita.
Beberapa waktu lalu ada Bupati Batanghari yang menyentak publik dengan gaya kolaborasinya, seperti membuat MoU dengan Kabupaten bertetangga dekat, setelah memberesi politik di internal, tentu saja. Ini, ada lagi, Bupati Tanjab Barat yang mendekati dan melibatkan masyarakat dalam visi aksi pembangunannya lewat Safari Jumat Berkah.
Seperti Bupati Batanghari M Fadhil Arief, Bupati Tanjab Barat KH Anwar Sadat adalah wajah baru sekaligus pendobrak dalam kekuasaan lokal yang berurat berakar. Keduanya sama-sama figur yang cepat viral dengan karakter dan kekhasannya masing-masing.
Mari ke Bupati Anwar Sadat, karena soal Fadhil Arief sudah dibahas di artikel saya yang lain.
Apa yang menarik dari seorang Anwar Sadat? Di mata pemilihnya, jelas ia menarik.
Tapi bagaimana dengan masyarakat Tanjab Barat secara keseluruhan? Menurut saya, ia cukup fenomenal.
Ternyata sang Bupati menjawab pertanyaan tadi itu dengan satu model pendekatan khas yang sebenarnya sudah melekat dengan dirinya.
Ia menyambangi warganya secara spesial setiap hari Jumat. Agenda itu dibungkus dengan nama Safari Jumat Berkah.
Di momen safari Jumat, sang Bupati lebih leluasa menyampaikan pesan, berkomunikasi kepada warganya, baik dalam sambutan formal, dialog, maupun dari atas mimbar khutbah.
Menurut orang dekatnya, tentu ada waktu-waktu lain di mana sang Bupati kerap menyapa langsung warganya, tanpa sekat. Namun, yang menjadi semacam strategi jitu, adalah safari Jumat itu.
Keistimewaan Safari Jumat Berkah
Jika kita menengok ke belakang, pasca dilantik pada akhir Februari 2021 lalu, Bupati Anwar Sadat sepertinya memang sudah mematok hari Jumat sebagai program turun ke masyarakatnya (turun ke bawah alias turba).
Jejak digital Safari Jumat Bupati Anwar Sadat membekas dan terekam cukup luas di media-media online, tak berselang lama setelah pelantikannya yang juga jatuh pada hari Jumat.
Secara strategi branding, sang Bupati agaknya menyadari persepsi publik, karakter pribadi, track record dan lingkungan tumbuhnya. Dan dari situ ia kemudian memperkuat profil diri atau personal brandingnya sebagai umara yang ulama, atau sebaliknya: ulama yang umara.
Siapa dan bagaimana sang Bupati, semakin mudah dikenal masyarakat melalui safari Jumat Berkah-nya tadi. Dari situlah kemudian, sosok Anwar Sadat melekat di memori publik sebagai pemimpin yang agamis dan dekat dengan rakyat.
Di titik ini, maka kita melihat Safari Jumat Berkah adalah penting bagi Bupati Anwar Sadat.
Safari Jumat, sejauh saya amati, juga menjadi hal istimewa bagi masyarakat Tanjab Barat—kalau tidak penting. Karena di kesempatan itu pula sang Bupati memaparkan berbagai kondisi, visi pemerintahannya, pembangunan apa yang akan, sedang dan telah dilakukan pemerintah daerah. Kadang juga diselingi dengan pembagian sembako dan bantuan uang tunai.
Momen safari menjadi semacam mimbar bebas bagi Bupati menyampaikan progress program fisik dan non fisik, kebijakan pemerintah, dan seterusnya. Tempat sang Bupati bisa leluasa melihat realitas di tengah masyarakat dan menjaring aspirasi langsung dari bawah.
Ada waktu di mana dalam safarinya, Bupati menyampaikan pesan agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Hal yang kadang tidak tersampaikan dalam suasana formal.
Kadang ia sampaikan juga peran penting orang tua menjaga dan mendidik anak, agar menjadi generasi yang agamis dan siap melanjutkan estafet pembangunan.
Masih di kesempatan Safari, sang Bupati juga tak lupa menyampaikan rencana pembuatan jalan, perbaikan jembatan. Dan sebagainya. Dan sebagainya.
Safari Jumat bisa sangat relevan, berdasarkan kondisi demografis di Tanjab Barat.
Rangkul yang berbeda, hargai yang berjasa
Jika melihat data terbaru yang termuat dalam peta kependudukan berdasarkan agama di Gis Dukcapil Kemendagri, lebih 93 % penduduk Tanjung Jabung Barat beragama Islam. Sisanya, 5 persenan memeluk Kristen, diikuti secara berurutan pemeluk Katholik, Hindu, Budha, Konghucu dan Kepercayaan, masing-masing dengan persentase nol koma (0,..) dengan besaran yang berbeda-beda.
Membaca data tersebut, tanpa mengesampingkan eksistensi agama lain, strategi Safari Jumat sang Bupati cukup efektif sebagai sarana komunikasi, menyerap aspirasi dan ajang silaturahmi.
Di sisi lain, Bupati Anwar Sadat tampak cukup menyadari fakta keberagaman yang ada di kabupaten yang memiliki 13 kecamatan dan 134 desa tersebut. Modal keberagaman itu yang ia perkuat, dengan merangkul yang berbeda.
Tak heran jika di beberapa media, Bupati Anwar Sadat terlihat mengecek dan memastikan persiapan dan penyelenggaraan peribadatan agama-agama lain (di luar mayoritas) di Tanjab Barat.
Selain agama yang beragam, sebagaimana di banyak daerah di Indonesia, di Tanjab Barat hidup dan tinggal suku-suku yang berbeda pula. Perbedaan ini, sudah sejak lama hadir sebagai harmoni.
Sejak masih satu dengan Tanjab Timur, sampai jumlah penduduknya saat ini yang mencapai 333.932 jiwa berdasarkan data BPS per tahun 2019, belum pernah ada kerusuhan meluas yang disebabkan perbedaan suku dan agama di Tanjab Barat.
Soal perbedaan ini dianggap sudah selesai di kabupaten yang memiliki kota bersama dan pernah menjadi kota bandar cukup masyhur tersebut.
Bupati Anwar Sadat, yang seorang mantan dosen, tampak ingin ikut ambil peran sebagai pemimpin yang merangkul perbedaan, di tanah kelahirannya itu.
Mari kita lihat potret lain. Baru-baru ini Bupati mengundang dan menjamu para petugas kebersihan dan pertamanan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tanjab Barat.
Agenda ini, menurut beberapa kalangan adalah hal baru dan pertama kali ada dalam sejarah pemerintahan di Tanjab Barat.
Apa yang dilakukan oleh Bupati Anwar Sadat, telah mengangkat citra dan kebanggaan diri para petugas kebersihan. Jamak kita ketahui, pekerjaan ini acap dianggap tidak terlalu penting dan berada di hirarki terbawah dalam struktural pemerintah.
Bagi Bupati Anwar Sadat, mereka—para petugas kebersihan ini—penting sekali peranannya. Karena menurut dia, merekalah yang menjadikan wajah kabupaten menjadi bersih dan indah dipandang.
Para petugas yang tak terlalu dikenal itu menjadi yang terdepan memastikan bagaimana bumi “Serengkuh Dayung Serentak keTujuan” dilihat orang dari luar.
Akan hal ini, Bupati Anwar Sadat melakukan hal yang tepat. Ia beri penghargaan pada para petugas yang berjasa besar, meskipun dengan pekerjaan paling dasar.
Ia besarkan hatinya. Ia bangun ikatan emosional yang kuat.
Sebagai pemimpin dengan latar belakang pendidikan agama yang kuat, agaknya Bupati Anwar Sadat ingin menghadirkan warna baru kepemimpinan di Tanjab Barat.
Bahwa di balik safari Jumat Berkah yang ia lakukan, ada pesan kuat bahwa kepemimpinannya adalah model kepemimpinan dengan pendekatan nilai-nilai agama Islam yang kental.
Kepemimpinan dengan basis agama atau dalam kata lain pemimpin yang “dekat dengan agama”, memang tak menjamin tidak ada masalah. Tapi setidaknya, masalah-masalah diselesaikan dengan pendekatan yang lebih tepat, dengan ruh spiritualitas yang kuat.
Kepemimpinan seperti ini, bisa sangat menginspirasi, sembari ia berkutat menyelami masalah dan berikhtiar menemukan solusi.
(Jhoni Imron adalah Penulis, penggila buku dan penelitian, editor, ahli strategi branding dan kampanye. Lebih jauh kunjungi catatanjhoni.com)
Komentar