Wah Gawat, Kota Jambi Bisa Kehilangan Daya Saing

BETARA.ID, Kota Jambi – Kota Jambi dinilai belum melakukan upaya optimal untuk meningkatkan daya saing pembangunan. Padahal daya saing penting sebagai akselator pembangunan yang berkelanjutan. Pemicu pertumbuhan sosial ekonomi warga kota berbasis wilayah bukan person warga.

Analisa ini disampaikan Dr. Noviardi Ferzi seorang pengamat ekonomi terkemuka di Jambi. Menurutnya kota-kota di Indonesia termasuk di Kota Jambi di tuntut memiliki daya saing yang tinggi lewat peningkatan efisiensi, produktivitas, dan nilai tambah yang secara bersamaan memenuhi tuntutan pembangunan berkelanjutan. Jika tidak dipersiapkan, jangan aneh dalam dua tiga dasa warsa ke depan Kota Jambi akan kehilangan daya saing.

“Kota Jambi sebenarnya memiliki beberapa pusat aktivitas masyarakat yang secara ekonomi bisa diperankan sebagai kawasan pertumbuhan. Hanya saja tantangannya wilayah tadi harus terinterkoneksi dengan wilayah lain atau network cities yang bisa berkembang, usaha ini yang kita tekankan, jangan membangun sendiri – sendiri. Seperti Pemprov mau bangun Fly over, ehh penguasa kota minta dihibahkan anggaran. Inikan kacau, jika ada motif seperti itu. Kasihan kota, padahal fly over itu meningkatkan daya saing kota, dibanding trotoar yang menutup drainase,” ungkapnya dalam diskusi dengan organ-organ pergerakan di Martabak Kubang Mayang Jambi, Senin (11/4) kemarin.

Selanjutnya pria yang aktif sebagai pembicara seminar ini mengingatkan tantangan Kota Jambi sebagai simpul jasa, koleksi dan distribusi. Peran ini membuat kota harus mengatur pola mobilisasi dan hunian yang memiliki akses dengan daerah-daerah sekitar dan hinterlandnya dan juga hubungan ke depan dengan kota-kota besar lainnya.

Dalam hal ini akademisi ini menjelaskam kinerja perkotaan diukur dari kemampuan daya saing kota yang dibentuk oleh faktor-faktor utama (input) dan kinerja perekonomian (output).

Faktor-faktor utama pembentuk daya saing terdiri dari 5 indikator utama, yaitu (1) lingkungan usaha produktif, (2) perekonomian daerah, (3) ketenagakerjaan dan sumberdaya manusia, (4) infrastruktur, sumberdaya alam dan lingkungan, (5) perbankan dan lembaga keuangan.

Sedangkan kinerja perekonomian (output) mencakup produktivitas tenaga kerja, tingkat kesempatan kerja, dan PDRB per kapita.

“Mememenuhi indikator daya saing ini Kota Jambi harus melakukan pembangunan infrastruktur yang selaras dengan peningkatan lapangan kerja, penurunan kemiskinan, menekan ketimpangan dan pemerataan dalam pengembangan wilayah pertumbuhan serta SDM, sehingga kota Jambi tidak hanya menjalankan fungsi internal tapi sekaligus memantapkan fungsi eksternalnya sebagai ibukota provinsi,” harapnya.

Selanjutnya, peneliti ekonomi perkotaan ini juga menjelaskan masalah urbanisasi yang terjadi di kota Jambi yang tengah bertumbuh tidak perlu dijadikan sesuatu yang harus dihindari. “Urbanisasi itu sesuatu yang tidak harus dihindari, tapi perlu di manajemeni, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus membangun perkotaan yang inklusif. Jangan dukcapil keluarkan KTP dan KK, tapi aspek lainnya pemkot ngak siap. Bagaimana pekerjaannya, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, padahal daya saing kota dilihat dari sana,” tanyanya gamblang.

Karena Noviardi melihat, walau bagaimanapun daerah yang memiliki urbanisasi tinggi akan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. Oleh karenanya, Kota Jambi perlu menyikapi ini dengan peningkatan efisiensi, nilai tambah, dan produktivitas secara bersamaan. Anggaran belanja Kota harus efisien dan efektip, memberi nilai tambah bagi publik bukan kelompok, terus mendorong pelaku usaha meningkat produktivitasnya. (Fey)

Komentar