Ekonom Jambi Soroti Lonjakan Pencari Kerja: Tantangan Bagi Lulusan Baru dan Putus Sekolah

BETARA.ID, JAMBI – Angka 5.802 pencari kerja di Provinsi Jambi pada tahun 2025, yang mayoritas didominasi lulusan baru dan mereka yang putus sekolah, menjadi perhatian serius bagi kalangan ekonom di Jambi.

Dr. Noviardi Ferzi, seorang ekonom terkemuka di daerah ini, mengungkapkan keprihatinannya atas data yang dirilis Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jambi dan bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut.

Menurutnya, fenomena ini mengindikasikan adanya tekanan signifikan pada pasar kerja lokal, yang memerlukan penanganan komprehensif.

Ia menjelaskan bahwa tingginya jumlah pencari kerja dari lulusan SMA/SMK serta mereka yang tidak menyelesaikan pendidikan, bisa menjadi cerminan adanya kesenjangan keterampilan antara apa yang dimiliki pencari kerja dengan kebutuhan industri.

“Lulusan baru mungkin belum sepenuhnya dibekali hard skills atau soft skills yang relevan dengan tuntutan pasar kerja saat ini. Demikian pula, bagi mereka yang putus sekolah, akses terhadap pelatihan vokasi dan pendidikan lanjutan kerap sangat terbatas, sehingga mempersempit peluang mereka mendapatkan pekerjaan,” ujarnya.

Dr Noviardi menambahkan bahwa kondisi perekonomian yang dinilai “agak sedikit berat” oleh Kepala Disnaker, Akhmad Bestari, turut memperburuk situasi.

Investasi yang belum optimal dan melambatnya pertumbuhan sektor riil di Jambi tentu berdampak langsung pada penciptaan lapangan kerja baru, yang pada gilirannya menyulitkan penyerapan angkatan kerja yang terus bertambah.

Menanggapi rencana pelaksanaan Job Fair pada bulan Oktober mendatang, Dr. Noviardi melihat ini sebagai inisiatif positif, namun ia menekankan pentingnya relevansi.

“Job fair memang merupakan platform yang baik untuk mempertemukan pencari kerja dengan perusahaan. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada kesesuaian antara lowongan yang ditawarkan dengan profil dan kompetensi para pencari kerja,” jelasnya.

Ia berharap Dinas Tenaga Kerja dapat mendorong partisipasi lebih banyak perusahaan dari berbagai sektor, termasuk yang padat karya, serta memastikan jenis pekerjaan yang tersedia sesuai dengan keahlian lulusan baru dan adanya program pelatihan bagi mereka yang putus sekolah.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Dr. Noviardi menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor.

“Pemerintah daerah perlu bersinergi lebih erat dengan dunia usaha dan lembaga pendidikan. Program pendidikan dan pelatihan vokasi harus diselaraskan secara dinamis dengan kebutuhan riil industri di Jambi,” tegasnya.

Selain itu, ia juga menyarankan peningkatan kualitas data pencari kerja, tidak hanya dari BPS, tetapi juga diperkaya dengan analisis mendalam mengenai jenis keterampilan yang paling dibutuhkan dan sektor mana saja yang memiliki prospek pertumbuhan lapangan kerja tertinggi.

Dengan langkah-langkah strategis dan terpadu, diharapkan tekanan pada pasar kerja di Jambi dapat berkurang, dan lebih banyak angkatan kerja lokal bisa tersalurkan secara optimal. (*/rdi)

Komentar